Perihal Ikhlas

   Al-Faqih meriwayatkan dari Muhammad bin Labid, ia berkata bahwa Nabi SAW pernah bersabda: “Sesuatu yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?’ beliau bersabda ‘Adalah riya’. Kelak pada hari kiamat dibalasnya para hamba atas amal dan perbuatan mereka, Allah berfirman kepada mereka, ‘Pergilah kamu kepada orang-orang yang sewaktu hidup di dunia, kamu beramal hanya bertujuan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan dari mereka, maka lihatlah apakah kamu dapat mengambil manfaat dari mereka’.”
   Sebuah penegasan dari Al-Faqih, bahwasannya layak bagi mereka mendapat perlakuan yang demikian dari Allah SWT. Karena apa yang telah mereka kerjakan di dunia hanyalah sebuah kemunafikan dan tipuan belaka.
Allah SWT berfirman yang artinya:
   “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah, dan Dia akan membalas tipuan mereka. Tatkala mereka shalat mereka malas mendirikannya, hanya pujian manusialah yang menjadi tujuan utamanya. Dan tidaklah mereka mengingat Allah melainkan hanya sedikit.” (QS. An-Nisa’:142)
 
Distrik Belanja, Industri dan Marketing

   Setiap tipuan yang mereka lakukan terhadap Allah maka Dia pasti akan membalasnya. Oleh karena itulah kelak di hari pembalasan Allah terlepas dari amal-amal yang mereka kerjakan sewaktu di dunia, sehingga semua amal yang mereka kerjakan pun menjadi batal dan hilang, yakni lantaran adanya penyekutuan kepada selain Allah di dalam amal itu sendiri.

   Al-Faqih meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi SAW bersabda, Allah SWT berfirman:
   “Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu atau amal yang disertai dengan syirik. Barangsiapa yang melakukan demikian maka Aku lepas daripadanya (bukan urusan-Ku).”
   Adapun maksud dari hadits qudsi tersebut, bahwasannya Allah SWT tidak menerima sedikitpun dari amal baik yang dikerjakan oleh seorang hamba, bilamana ia menyertainya dengan riya’ bukan semata karena ikhlas kepada Allah. Dan tidaklah tempat kembali yang paling pantas bagi mereka kecuali adalah Neraka Jahanam. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 18 dan 19, Allah SWT berfirman:
   “Barangsiapa menghendaki kesenangan dunia (dengan amalnya) maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya Neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir”.
   “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik”.
   Jadi kesimpulannya, setiap amal adalah tergantung daripada niatnya, bilamana seseorang itu beramal dengan niat bukan karena Allah, yakni hanya karena sesuatu yang bersifat duniawi, maka Allah akan memberikannya di dunia sesuai dengan apa yang Dia kehendaki terhadap orang yang Dia kehendaki pula, dan Dia berhak menempatkannya pada kesengsaraan dan kebinasaan di Neraka Jahanam kelak. Adapun sebaliknya bilamana seseorang beramal hanya mengharap pahala di sisi-Nya, maka Dia akan menerima dan membalas amal tersebut dengan baik.

   Al-Faqih meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi SAW bersabda:

“Seringkali orang yang berpuasa itu tidak memperoleh pahala dari puasanya melainkan hanya lapar dan dahaga belaka. Dan terkadang pula orang yang mengerjakan shalat malam itu tidak memperoleh pahala dari shalat malamnya, melainkan hanya mata yang terjaga dan melelahkan”.

No comments:

Post a Comment